Tenaga Endogen dan Eksogen Pembentuk Litosfer Bagian 6 Masswasting dan Sedimentasi
Tenaga Eksogen Pembentuk Litosfer Masswasting dan Sedimentasi - Masswasting adalah pemindahan massa batuan atau tanah karena gaya berat. Masswasting dinamakan pula gerakan tanah.
Bentuk- bentuk gerakan tanah yang biasa kita jumpai antara lain sebagai berikut:
a) tanah longsor (land slide);
b) tanah amblas atau ambruk (subsidence);
c) tanah nendat (slumping), yaitu proses longsoran tanah yang gerakannya terputus-putus sehingga hasil memperlihatkan bentukan seperti teras;
d) tanah mengalir (earth flow), yaitu gerakan tanah yang jenuh oleh air pada lereng-lereng yang landai;
e) lumpur mengalir (mud flow), yaitu sejenis tanah mengalir namun kadar airnya lebih tinggi;
f) rayapan tanah (soil creep), yaitu gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang landai.
Bentuk-bentuk lahan proses masswasting.
(a) tanah longsor (land slide);
(b) tanah amblas (subsidence);
(c) tanah nendat (slumping);
(d) tanah mengalir (earth flow);
(e) lumpur mengalir (mud flow);
(f) rayapan tanah (soil creep).
Berdasarkan zat pengangkutnya, proses pengendapan dibedakan atas sedimentasi fluvial, eolin, dan marin.
a) Sedimentasi Fluvial
Sedimetasi fluvial adalah proses pengendapan materi-materi yang diangkut oleh air sepanjang aliran sungai. Wilayah-wilayah yang biasa menjadi tempat pengendapan antara lain di dasar badan sungai, pinggir sungai, danau, atau muara.
Proses pengendapan yang terjadi di sepanjang aliran sungai memperlihatkan sifat yang khas, yaitu perbedaan butiran secara horizontal.
Pada bagian hulu sungai, batuan yang diendapkan adalah bongkah-bongkah ukuran besar. Semakin ke hilir, semakin kecil ukuran butiran batuan yang diendapkan. Bahkan di daerah muara, material yang diendapkan biasanya berupa pasir halus dan lumpur.
Bentukan-bentukan alam yang sering kita jumpai sebagai hasil sedimentasi fluvial antara lain sebagai berikut.
(1) Delta. Endapan di muara sungai baik sungai yang bermuara ke danau ataupun laut. Delta dapat terbentuk jika material yang diendapkan cukup banyak, serta arus air tidak terlalu cepat. Berdasarkan bentuknya, kita mengenal beberapa macam delta, yaitu delta runcing, cembung, pengisi estuarium, dan delta berbentuk kaki burung.
(2) Bantaran sungai. Dataran yang terdapat di tengah-tengah badan sungai atau pada kelokan dalam sungai sebagai hasil pengendapan. Bantaran sungai dapat dijumpai di daerah hilir sungai yang arusnya sangat lambat.
(3) Kipas aluvial. Endapan pasir yang terangkut oleh gerakan air mengalir yang biasa dijumpai di lereng bawah perbukitan.
b) Sedimentasi Eolin
Sedimentasi eolin adalah proses pengendapan material yang dibawa oleh angin. Proses pengendapan ini banyak terjadi di wilayah gurun. Bentang alam yang sering kali kita jumpai sebagai akibat sedimentasi angin antara lain guguk pasir (sand dunes), yaitu gundukan pasir yang terdapat di wilayah gurun atau di pantai.
Bentuk dan ukuran sand dunes bermacam-macam. Ada yang berukuran kecil, namun ada pula yang sangat besar menyerupai bukit pasir. Dilihat dari dari bentuknya, kita mengenal guguk pasir yang menyerupai bulan sabit yang dinamakan Barchan, dan memanjang menyerupai punggung paus (Whale Back). Di negara kita, sand dunes dalam ukuran cukup besar banyak kita jumpai di pantai Parang Tritis (Yogyakarta) dan Pameungpeuk (Jawa Barat).
c) Sedimentasi Marin
Material hasil abrasi biasanya diangkut dan diendapkan di sepanjang pantai. Proses pengendapan semacam ini dinamakan sedimentasi marin. Hamparan pasir dan kerikil di sepanjang pantai merupakan salah satu hasil sedimentasi marin.
Secara lebih khusus, bentukan alam yang biasa kita jumpai akibat sedimentasi marin adalah sebagai berikut.
(1) Beach. Timbunan puing-puing batu karang yang terdapat di sekitar cliff sebagai akibat pemecahan gelombang.
(2) Bar. Yaitu gosong pasir di pantai yang arahnya memanjang sebagai hasil proses pengerjaan air laut.
(3) Tombolo. Gosong pasir yang menghubungkan suatu pulau karang (atol) dengan pulau utama.
Urutan-uratan bagaimana cara pembentukan pulau karang atau atol.
1. Karang-karang berbentuk cincin tumbuh di sepanjang kepulauan vulkanik
2. Ketika gunungapi tererosi, sebuah lagoon terbentuk dan karang berubah menjadi karang penghalang
3. Pulau gunungapi telah bersatu, tetapi karang- karang masih tertinggal di permukaan laut dalam ukuran yang kecil. Menghasilkan pulau pasir.
Masswasting
a) tanah longsor (land slide);
b) tanah amblas atau ambruk (subsidence);
c) tanah nendat (slumping), yaitu proses longsoran tanah yang gerakannya terputus-putus sehingga hasil memperlihatkan bentukan seperti teras;
d) tanah mengalir (earth flow), yaitu gerakan tanah yang jenuh oleh air pada lereng-lereng yang landai;
e) lumpur mengalir (mud flow), yaitu sejenis tanah mengalir namun kadar airnya lebih tinggi;
f) rayapan tanah (soil creep), yaitu gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang landai.
Bentuk-bentuk lahan proses masswasting.
(a) tanah longsor (land slide);
(b) tanah amblas (subsidence);
(c) tanah nendat (slumping);
(d) tanah mengalir (earth flow);
(e) lumpur mengalir (mud flow);
(f) rayapan tanah (soil creep).
Sedimentasi
Proses terakhir dari aktivitas eksogenik adalah pengendapan massa batuan atau tanah di suatu tempat setelah mengalami erosi dan transportasi. Proses ini dikenal dengan sedimentasi, baik terjadi di wilayah darat maupun perairan, seperti danau, sungai dan sekitar pantai. Sedimentasi dapat terjadi jika massa zat yang mengangkut batuan atau tanah mengalami penurunan kecepatan atau bahkan berhenti sama sekali.Berdasarkan zat pengangkutnya, proses pengendapan dibedakan atas sedimentasi fluvial, eolin, dan marin.
a) Sedimentasi Fluvial
Proses pengendapan yang terjadi di sepanjang aliran sungai memperlihatkan sifat yang khas, yaitu perbedaan butiran secara horizontal.
Pada bagian hulu sungai, batuan yang diendapkan adalah bongkah-bongkah ukuran besar. Semakin ke hilir, semakin kecil ukuran butiran batuan yang diendapkan. Bahkan di daerah muara, material yang diendapkan biasanya berupa pasir halus dan lumpur.
Bentukan-bentukan alam yang sering kita jumpai sebagai hasil sedimentasi fluvial antara lain sebagai berikut.
(1) Delta. Endapan di muara sungai baik sungai yang bermuara ke danau ataupun laut. Delta dapat terbentuk jika material yang diendapkan cukup banyak, serta arus air tidak terlalu cepat. Berdasarkan bentuknya, kita mengenal beberapa macam delta, yaitu delta runcing, cembung, pengisi estuarium, dan delta berbentuk kaki burung.
(2) Bantaran sungai. Dataran yang terdapat di tengah-tengah badan sungai atau pada kelokan dalam sungai sebagai hasil pengendapan. Bantaran sungai dapat dijumpai di daerah hilir sungai yang arusnya sangat lambat.
(3) Kipas aluvial. Endapan pasir yang terangkut oleh gerakan air mengalir yang biasa dijumpai di lereng bawah perbukitan.
b) Sedimentasi Eolin
Sedimentasi eolin adalah proses pengendapan material yang dibawa oleh angin. Proses pengendapan ini banyak terjadi di wilayah gurun. Bentang alam yang sering kali kita jumpai sebagai akibat sedimentasi angin antara lain guguk pasir (sand dunes), yaitu gundukan pasir yang terdapat di wilayah gurun atau di pantai.
Bentuk dan ukuran sand dunes bermacam-macam. Ada yang berukuran kecil, namun ada pula yang sangat besar menyerupai bukit pasir. Dilihat dari dari bentuknya, kita mengenal guguk pasir yang menyerupai bulan sabit yang dinamakan Barchan, dan memanjang menyerupai punggung paus (Whale Back). Di negara kita, sand dunes dalam ukuran cukup besar banyak kita jumpai di pantai Parang Tritis (Yogyakarta) dan Pameungpeuk (Jawa Barat).
c) Sedimentasi Marin
Material hasil abrasi biasanya diangkut dan diendapkan di sepanjang pantai. Proses pengendapan semacam ini dinamakan sedimentasi marin. Hamparan pasir dan kerikil di sepanjang pantai merupakan salah satu hasil sedimentasi marin.
Secara lebih khusus, bentukan alam yang biasa kita jumpai akibat sedimentasi marin adalah sebagai berikut.
(1) Beach. Timbunan puing-puing batu karang yang terdapat di sekitar cliff sebagai akibat pemecahan gelombang.
(2) Bar. Yaitu gosong pasir di pantai yang arahnya memanjang sebagai hasil proses pengerjaan air laut.
(3) Tombolo. Gosong pasir yang menghubungkan suatu pulau karang (atol) dengan pulau utama.
Urutan-uratan bagaimana cara pembentukan pulau karang atau atol.
1. Karang-karang berbentuk cincin tumbuh di sepanjang kepulauan vulkanik
2. Ketika gunungapi tererosi, sebuah lagoon terbentuk dan karang berubah menjadi karang penghalang
3. Pulau gunungapi telah bersatu, tetapi karang- karang masih tertinggal di permukaan laut dalam ukuran yang kecil. Menghasilkan pulau pasir.