Macam Macam Hormon dan Pengaruhnya
Pada kesempatan ini akan dibahas materi tentang macam-macam hormon dan pengaruhnya. Adapun hormonnya yaitu auksin, sitokinin, giberelin, absisin dan etilen. Berikut pembahasannya yang telah kami rangkum untuk lebih mudah dalam memahami pengertian dan pengaruh dari hormon tersebut.
Ia menemukan bahwa senyawa yang tidak teridentifikasi mungkin menyebabkan melengkungnya koleoptil gandum Avena sativa ke arah cahaya.
Fenomena ini disebut fototropisme.
Dari penelitiannya tersebut ternyata satu senyawa yang terdapat dalam ujung koleoptil dapat berdifusi ke dalam suatu balok agar-agar yang kecil.
Aktifitas auksin ini dideteksi dengan melengkungnya koleoptil yang disebabkan oleh peningkatan pemanjangan pada sisi yang padanya ditempelkan secara asimetris agar-agar tersebut. Auksin yang ditemui Went ini sekarang dikenal dengan Asam Indol Asetat (IAA).
Auxin mampu mempengaruhi sejumlah perubahan fisiologi di dalam sel, misalnya auxin menaikkan permeabilitas membran plasma terhadap bahan-bahan organik sehingga penyerapan bahan organik ke dalam sel menjadi lebih tinggi.
Pada saat yang sama auxin memacu ATPase untuk memecah ATP menjadi ADP+H++H2PO4-. H+ dikeluarkan dari sel dan digantikan oleh K+. K+ ini memacu penyerapan air sehingga turgor naik.
Setelah beberapa saat auxin memacu sintesis RNA dan protein, sekaligus mempengaruhi plastisitas dinding sel sehingga memungkinkan pembesaran sel.
Selain memacu pembentukan RNA dan protein, auxin juga menghambat penguraiannya. Auxin juga dapat mengaktifkan beberapa jenis enzim.
Pengaruh auxin ditentukan oleh konsentrasinya, artinya pada konsentrasi rendah pengaruhnya kecil, semakin tinggi akan bertambah sampai optimum, sesudah itu akan memberi efek menghambat.
Selain berperan pada pertumbuhan dan perkembangan sel, auxin juga berperan pada berbagai proses morfogenesis, misalnya dormansi apikal, pengguguran daun dan buah, partenokarpi.
Efek inaktivasi terhadap penguraian RNA tidak jelas, apakah terhadap mRNA, tRNA atau terhadap segala RNA yang ada. Pacuan terhadap sintesis RNA dan protein juga belum jelas, diduga mengaktifkan RNA polimerase.
Pada umumnya sitokinin memacu berbagai proses metabolisme dan pacuan terbesar berlangsung di tempat dengan konsentrasi tertinggi. Sitokinin mempunyai efek menahan bahan organik, terutama protein dan memacu jaringan untuk menyerap air dari sekitarnya.
Dalam kaitannya dengan sintesis protein, sitokinin selanjutnya memacu pembelahan sel. Sitokinin disintesis di akar, dengan bahan dasar purin dan disubstitusi dengan isopentenyl (IPA = isopentenylaminopurin), sedang gugus isopentenyl dibuat dari asam mevalonat.
Sintesis sitokinin dipacu oleh temperatur di atas 20oC dan hari panjang, sebaliknya dihambat oleh temperatur rendah, hari pendek dan kekurangan air.
Transport sitokinin bersifat apolar dan terutama berlangsung melalui xylem. Pada proses morfogenesis peran sitokinin yang terpenting adalah menyebabkan dominasi apikal dan menunda proses penuaan jaringan dan organ.
Dalam hal ini terbentuknya enzim hidrolase merupakan efek giberelin yang paling besar, sehingga berbeda dengan auxin, giberelin mampu memacu penguraian bahan organik cadangan misalnya pada biji yang berkecambah atau kuncup dorman yang tumbuh kembali.
Peran giberelin terlihat nyata bila terdapat bersama dengan hormon lain, misalnya pembentukan enzim amilase pada perkecambahan biji merupakan kerjasama giberelin dengan sitokinin.
Giberelin juga memacu sintesis DNA yang selanjutnya DNA ini memacu pembentangan sel. Giberelin juga memacu perubahan triptofan menjadi auxin serta menghambat bekerjanya auxin oksidase sehingga kadar auxin menjadi lebih tinggi.
Giberelin dibuat terutama di daun muda, buah yang sedang tumbuh dan mungkin di ujung akar. Sintesis giberelin dipacu oleh hari panjang dan temperatur 20-30oC. Giberelin dibuat dari asam mevalonat melalui asam kaurenat.
Bermacam-macam struktur molekul giberelin sehingga untuk membedakannya diberi nomor berbeda. Giberelin ditranslokasikan lewat berkas pengangkut dan parenkim ke bagian-bagian lain dengan cara apolar.
Absisin menghambat kerja ATPase, sehingga transport zat hara pada membran terhambat. Termasuk di sini hambatan masuknya K+ ke dalam sel penutup stoma, sehingga stomata menutup.
Absisin merupakan hormon yang menyebabkan tumbuhan mampu mempertahankan diri terhadap kekeringan. Pada jaringan tua absisin memacu sintesis etilen.
Diduga hanya bagian membran plasma yang bersifat lipid tempat kerjanya sehingga transport zat hara dan bahan organik pada membran ini berubah.
Etilen mampu menghambat transport auxin di dalam parenkim. Proses ini menjadi penyebab terjadinya pengguguran daun dan buah.
Pengaruh etilen diduga juga berhubungan dengan persaingannya dengan CO2 untuk memperoleh titik ikat yang sama, sehingga etilen mampu mempengaruhi enzim secara tidak langsung.
Hal ini terlihat misalnya terjadinya pacuan etilen terhadap aktivitas enzim fenilalaninamoniumlyase dan selulase di zone pengguguran pada tangkai daun.
Pengaruh pemberian etilen sangat berkurang bila pada saat yang sama diberikan CO2.
Karena pada proses pengguguran dan pemasakan buah terjadi perubahan susunan enzim (kenaikan kadar enzim peroksidase, selulase dan enzim respirasi), serta hilangnya berbagai enzim yang bekerja pada sintesis RNA dan protein.
Etilen disintesis dari metionin, dapat terjadi selama pertumbuhan, hanya saja jumlahnya sedikit pada awal pertumbuhan dan bertambah banyak bila pada jaringan terdapat auxin dan absisin dalam jumlah besar.
Pada bunga dan buah sintesis etilen secara endogen bertambah besar bila dari lingkungan terdapat etilen.
Penyebaran etilen dalam bentuk gas. Transport etilen di dalam jaringan belum jelas bentuknya, apakah terikat dengan senyawa lain atau tidak.
AUKSIN
Istilah auksin (latin = meningkatkan ) pertama kali digunakan oleh Frits W. Went pada tahun 1926.Ia menemukan bahwa senyawa yang tidak teridentifikasi mungkin menyebabkan melengkungnya koleoptil gandum Avena sativa ke arah cahaya.
Fenomena ini disebut fototropisme.
Dari penelitiannya tersebut ternyata satu senyawa yang terdapat dalam ujung koleoptil dapat berdifusi ke dalam suatu balok agar-agar yang kecil.
Aktifitas auksin ini dideteksi dengan melengkungnya koleoptil yang disebabkan oleh peningkatan pemanjangan pada sisi yang padanya ditempelkan secara asimetris agar-agar tersebut. Auksin yang ditemui Went ini sekarang dikenal dengan Asam Indol Asetat (IAA).
Auxin mampu mempengaruhi sejumlah perubahan fisiologi di dalam sel, misalnya auxin menaikkan permeabilitas membran plasma terhadap bahan-bahan organik sehingga penyerapan bahan organik ke dalam sel menjadi lebih tinggi.
Pada saat yang sama auxin memacu ATPase untuk memecah ATP menjadi ADP+H++H2PO4-. H+ dikeluarkan dari sel dan digantikan oleh K+. K+ ini memacu penyerapan air sehingga turgor naik.
Setelah beberapa saat auxin memacu sintesis RNA dan protein, sekaligus mempengaruhi plastisitas dinding sel sehingga memungkinkan pembesaran sel.
Selain memacu pembentukan RNA dan protein, auxin juga menghambat penguraiannya. Auxin juga dapat mengaktifkan beberapa jenis enzim.
Pengaruh auxin ditentukan oleh konsentrasinya, artinya pada konsentrasi rendah pengaruhnya kecil, semakin tinggi akan bertambah sampai optimum, sesudah itu akan memberi efek menghambat.
Selain berperan pada pertumbuhan dan perkembangan sel, auxin juga berperan pada berbagai proses morfogenesis, misalnya dormansi apikal, pengguguran daun dan buah, partenokarpi.
SITOKININ
Sitokinin berperan menaikkan kadar RNA dan protein pada berbagai jaringan. Hal ini disebabkan sitokinin menghambat penguraian serta memacu sintesis RNA dan protein, dengan mekanisme inaktivasi alosterik terhadap RNAase dan protease.Efek inaktivasi terhadap penguraian RNA tidak jelas, apakah terhadap mRNA, tRNA atau terhadap segala RNA yang ada. Pacuan terhadap sintesis RNA dan protein juga belum jelas, diduga mengaktifkan RNA polimerase.
Pada umumnya sitokinin memacu berbagai proses metabolisme dan pacuan terbesar berlangsung di tempat dengan konsentrasi tertinggi. Sitokinin mempunyai efek menahan bahan organik, terutama protein dan memacu jaringan untuk menyerap air dari sekitarnya.
Dalam kaitannya dengan sintesis protein, sitokinin selanjutnya memacu pembelahan sel. Sitokinin disintesis di akar, dengan bahan dasar purin dan disubstitusi dengan isopentenyl (IPA = isopentenylaminopurin), sedang gugus isopentenyl dibuat dari asam mevalonat.
Sintesis sitokinin dipacu oleh temperatur di atas 20oC dan hari panjang, sebaliknya dihambat oleh temperatur rendah, hari pendek dan kekurangan air.
Transport sitokinin bersifat apolar dan terutama berlangsung melalui xylem. Pada proses morfogenesis peran sitokinin yang terpenting adalah menyebabkan dominasi apikal dan menunda proses penuaan jaringan dan organ.
GIBERELIN
Seperti halnya auxin, peran giberelin pada tingkat sel dengan cara mempengaruhi sejumlah proses fisiologi yang belum dapat diterangkan secara jelas. Pada beberapa peristiwa peran giberelin itu berupa pemacuan terhadap sintesis RNA dan protein.Dalam hal ini terbentuknya enzim hidrolase merupakan efek giberelin yang paling besar, sehingga berbeda dengan auxin, giberelin mampu memacu penguraian bahan organik cadangan misalnya pada biji yang berkecambah atau kuncup dorman yang tumbuh kembali.
Peran giberelin terlihat nyata bila terdapat bersama dengan hormon lain, misalnya pembentukan enzim amilase pada perkecambahan biji merupakan kerjasama giberelin dengan sitokinin.
Giberelin juga memacu sintesis DNA yang selanjutnya DNA ini memacu pembentangan sel. Giberelin juga memacu perubahan triptofan menjadi auxin serta menghambat bekerjanya auxin oksidase sehingga kadar auxin menjadi lebih tinggi.
Giberelin dibuat terutama di daun muda, buah yang sedang tumbuh dan mungkin di ujung akar. Sintesis giberelin dipacu oleh hari panjang dan temperatur 20-30oC. Giberelin dibuat dari asam mevalonat melalui asam kaurenat.
Bermacam-macam struktur molekul giberelin sehingga untuk membedakannya diberi nomor berbeda. Giberelin ditranslokasikan lewat berkas pengangkut dan parenkim ke bagian-bagian lain dengan cara apolar.
ABSISIN (Asam Absisat)
Absisin menghambat sintesis RNA karena efek alosterik. Absisin juga memacu produksi senyawa karbohidrat yang akan disimpan sebagai cadangan makanan.Absisin menghambat kerja ATPase, sehingga transport zat hara pada membran terhambat. Termasuk di sini hambatan masuknya K+ ke dalam sel penutup stoma, sehingga stomata menutup.
Absisin merupakan hormon yang menyebabkan tumbuhan mampu mempertahankan diri terhadap kekeringan. Pada jaringan tua absisin memacu sintesis etilen.
ETILEN
Sifat etilen yang lipofil tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap enzim atau protein struktural dan kromosom.Diduga hanya bagian membran plasma yang bersifat lipid tempat kerjanya sehingga transport zat hara dan bahan organik pada membran ini berubah.
Etilen mampu menghambat transport auxin di dalam parenkim. Proses ini menjadi penyebab terjadinya pengguguran daun dan buah.
Pengaruh etilen diduga juga berhubungan dengan persaingannya dengan CO2 untuk memperoleh titik ikat yang sama, sehingga etilen mampu mempengaruhi enzim secara tidak langsung.
Hal ini terlihat misalnya terjadinya pacuan etilen terhadap aktivitas enzim fenilalaninamoniumlyase dan selulase di zone pengguguran pada tangkai daun.
Pengaruh pemberian etilen sangat berkurang bila pada saat yang sama diberikan CO2.
Karena pada proses pengguguran dan pemasakan buah terjadi perubahan susunan enzim (kenaikan kadar enzim peroksidase, selulase dan enzim respirasi), serta hilangnya berbagai enzim yang bekerja pada sintesis RNA dan protein.
Etilen disintesis dari metionin, dapat terjadi selama pertumbuhan, hanya saja jumlahnya sedikit pada awal pertumbuhan dan bertambah banyak bila pada jaringan terdapat auxin dan absisin dalam jumlah besar.
Pada bunga dan buah sintesis etilen secara endogen bertambah besar bila dari lingkungan terdapat etilen.
Penyebaran etilen dalam bentuk gas. Transport etilen di dalam jaringan belum jelas bentuknya, apakah terikat dengan senyawa lain atau tidak.