File Modul/Soal/Ebook App [KLIKDISINI]

Konsep Konsep Dasar Geografi

Konsep Konsep Dasar Geografi - Seperti yang telah Anda pahami sebelumnya, bahwa objek formal studi geografi adalah cara pandang keruangan yang dituangkan dalam konsep-konsep geografi. Konsep geografi sangat banyak dan beragam, salah satunya dikemukakan oleh Henry J. Warman.

Henry J. Warman mengemukakan 15 konsep dasar dalam geografi, yaitu sebagai berikut.

1. Konsep Regional (Kewilayahan)

Konsep Konsep Dasar Geografi

Konsep regional didasarkan atas pengertian region yaitu suatu wilayah di muka Bumi yang memiliki karakteristik khas atau khusus, sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya.

Kekhususan dari sebuah region dapat berupa keadaan alam maupun kondisi sosial. Beberapa contoh region dengan kekhususan berupa kondisi alamiah antara lain region kutub, gurun, hutan hujan tropis, kawasan pantai, dataran rendah, dan pegunungan.
    Adapun contoh region dengan kekhasan keadaan sosial-budaya antara lain wilayah perkotaan, pedesaan, daerah pertanian lahan basah, hortikultur, wilayah Amerika Latin, ASEAN, dan Timur Tengah. Konsep region merupakan kajian yang bersifat komprehensif (menyeluruh) di dalam studi geografi.

    Melalui konsep ini, Anda akan menganalisis permasalahan atau gejala di muka Bumi dengan memperhatikan komponen keruangan (analisis spasial) dan menelaah hubungan timbal balik di antara komponen-komponen tersebut (analisis lingkungan) sebagai salah satu kajian dalam disiplin ilmu geografi.

    Dari sudut pandang region kawasan Jabar Selatan dipandang dari sudut geologi atau bentang alam merupakan daerah yang berpotensi dilanda bencana alam. Memiliki satuan wilayah cukup sempit untuk lahan pertanian jika dibandingkan dengan wilayah Jabar Utara.
    Sumber:  Pembangunan Jabar Selatan: Potensi, Permasalahan dan Prospeknya, 1997

    2. Konsep Batas Kehidupan

    Konsep batas kehidupan memiliki pengertian bahwa permukaan Bumi sebagai ruang yang diperuntukkan bagi manusia dan makhluk-makhluk lain pada kenyataannya tidak seluruhnya dapat dihuni dan dimanfaatkan bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

    Hal tersebut sangat berhubungan dengan persyaratan hidup, ketersediaan sumber daya, dan kemampuan manusia dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

    Sebagai contoh kawasan kutub yang senantiasa tertutup salju tebal dan bongkahan es dengan rata-rata suhu udara sangat rendah.

    Karena kondisi tantangan alam yang sangat keras, manusia sulit untuk dapat memanfaatkan lahan kutub sebagai ruang hidup dan aktivitas sosial sehari-hari. Demikian pula hewan dan tumbuhan yang mampu bertahan hidup sangat sedikit jumlahnya.

    Kondisi kutub yang demikian ini menjadi pembatas kehidupan bagi makhluk hidup. Artinya, manusia dan makhluk hidup memiliki batas-batas tertentu untuk bisa bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya.

    Contoh lainnya adalah gurun. Wilayah ini sangat gersang, karena cadangan air tanah dan permukaan gurun sangat minim akibat intensitas curah hujan yang sangat sedikit. Selain itu amplitudo rata-rata suhu harian sangat mencolok.

    Pada siang hari suhu udara sangat tinggi, sedangkan pada malam hari suhu udara turun bahkan dapat mencapai kondisi di bawah titik beku. Kondisi alam gurun yang keras ini juga merupakan pembatas bagi kehidupan makhluk hidup di muka Bumi ini.

    Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dan menentukan dalam arah dan perubahan organisasi. Tanpa manusia sebagai penggeraknya, organisasi menjadi kumpulan resources yang tidak berguna.

    Selain itu, sumber daya manusia juga menjadi pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi.
    Sumber:  Info Bisnis, Februari  2003

    3. Konsep Manusia sebagai Pemberi Pengaruh yang Dominan terhadap Lingkungan

    Inti dari konsep manusia sebagai pemberi pengaruh yang dominan terhadap lingkungan adalah bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan dianugerahi akal pikiran untuk menciptakan sesuatu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya.

    Melalui akalnya, manusia mampu mengubah Bumi sebagai lingkungan hidup.

    Pengertian mengubah lingkungan hidup ini tentunya memiliki makna ganda, yaitu meningkatkan kualitas atau bahkan merusak lingkungan.

    Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan penduduk, pemerintah melakukan perubahan kawasan hutan hujan tropis di Kalimantan menjadi lahan permukiman dan pertanian yang diperuntukkan bagi para transmigran.

    Selain itu, penduduk yang tidak bertanggung jawab secara serampangan menebangi hutan untuk diambil kayunya karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

    Di satu pihak, manusia diuntungkan dengan kegiatan perubahan fungsi lingkungan tersebut, tetapi di lain pihak kerusakan hutan tropis telah mengakibatkan munculnya degradasi lingkungan hidup seperti kondisi suhu Bumi yang semakin panas dan pencemaran udara akibat pembakaran hutan.

    4. Konsep Globalisme

    Konsep globalisme mengandung pengertian bahwa seluruh wilayah pada dasarnya merupakan suatu kesatuan global. Apabila terjadi perubahan dalam satu bagian wilayah, akan berpengaruh terhadap keseluruhan wilayah.

    Pada saat ini konsep globalisme dipakai terutama dalam persebaran informasi. Informasi dapat tersebar ke seluruh dunia dengan cepat tanpa terhalang oleh batas wilayah, batas negara, bahkan beberapa batas alam.
        
    Contohnya, kita bisa menonton peristiwa dunia dengan cepat, bisa mengirim berita melalui telepon ke seluruh penjuru dunia.

    5. Konsep Interaksi Keruangan

    Konsepinteraksikeruanganmemberikangambaranmengenaiadanya kondisi saling mempengaruhi dan ketergantungan antarkomponen ruang muka Bumi, baik antara faktor alami, faktor alam dengan manusia, alam dengan kondisi sosial-budaya, maupun antarfaktor sosial.

    Sebagai contoh, dalam menganalisis fenomena bencana banjir di suatu wilayah, fokus utama analisanya adalah bagaimana manusia memperlakukan alam lingkungannya.

    Dalam kasus ini, manusia memberikan aksi kepada alam berupa penggundulan hutan di daerah resapan air dan tangkapan hujan (catchment area), perubahan fungsi lahan, pengerasan, dan penurunan daya resap tanah dalam bentuk pengaspalan serta pembetonan jalan.

    Sebagai akibatnya, kemampuan tanah untuk menyerap air (kapasitas infiltrasi) menjadi sangat rendah.

    Sebagai reaksinya, air tidak dapat meresap seluruhnya ke dalam lapisan-lapisan tanah, melainkan bergerak sebagai air larian permukaan (surface run off) yang dapat mengakibatkan banjir bandang di suatu daerah pada saat terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.

    6. Konsep Hubungan Timbal Balik Antarwilayah

    Konsep hubungan timbal balik antarwilayah memberikan gambaran mengenai jalinan hubungan timbal balik antarwilayah (areal relationship) yang disebabkan oleh faktor alam dan manusia. Sebagai contoh, terdapat dua wilayah A dan B. Wilayah A merupakan kawasan pertanian, sedangkan B merupakan kawasan industri.

    Penduduk kedua kawasan tersebut tentunya saling memerlukan, di satu pihak mereka memerlukan produk pertanian sebagai bahan pangan dan di lain pihak juga memerlukan produk-produk industri. Akibatnya timbul kebutuhan di antara kedua wilayah tersebut.

    Lestarinya hutan di daerah hulu akan menjamin ketersediaan air bagi daerah di muara. Hal ini didasari munculnya interaksi keruangan.

    7. Konsep Kesamaan Wilayah

    Ada kalanya dua wilayah atau lebih di muka Bumi ini memiliki persamaan gejala atau karakteristik alamiah maupun sosial.

    Misalnya saja di antara negara Indonesia, Zaire, Kongo, dan Brasil yang sama- sama memiliki tipe iklim tropis, tentunya karakteristik hutan tropis pada keempat negara ini banyak memiliki kesamaan.

    Contoh lain adalah bahasa yang digunakan penduduk Indonesia dan Malaysia banyak memiliki kesamaan, karena sebagian besar penduduknya berasal dari ras dan rumpun yang sama, yaitu Melayu. Inilah inti dari konsep kesamaan wilayah.

    8. Konsep Perbedaan Wilayah

    Kebalikan dari konsep yang ketujuh adalah perbedaan wilayah di muka Bumi. Sebagai contoh, Anda amati dan perhatikan wilayah pantai dan dataran tinggi. Kedua wilayah tersebut sangat berbeda kondisi alamnya.

    Misalnya, suhu udara di pantai relatif lebih panas dibandingkan dengan di dataran tinggi atau pegunungan yang relatif sejuk sampai dingin.

    Kondisi tanah dan topografinya pun berbeda. Perbedaan sifat alami ini mengakibatkan perbedaan pola pemanfaatan lahan oleh masing-masing penduduk yang tinggal di kedua kawasan tersebut.

    Di daerah dataran pantai pada umumnya dibudidayakan jenis pertanian sawah, tebu, atau kelapa, sedangkan di wilayah dataran tinggi dibudidayakan jenis pertanian hortikultur dan palawija.

    Ras hitam (negroid) tersebar di sekeliling Sahara (Afrika) kemudian, tercecer di Jazirah
    Arab (Hadramani), di Anak Benua India (suku-suku Dravida), serta di Indonesia (suku-suku terasing,
    sejenis Negrito yang ada di Filipina).

    Sebagai kelanjutannya mengisi Papua dan Malanesia dan Benua Australia. Dengan begitu, ras hitam ini menempati kawasan-kawasan Samudra Hindia.
    Sumber:  Pokok-Pokok Geografi Manusia, 1987

    9. Konsep Keunikan Wilayah

    Konsep keunikan wilayah didasari pengertian region yang memandang suatu daerah dengan kekhasan atau keunikan tersendiri dibandingkan dengan wilayah lain di sekitarnya. Akibat dari adanya konsep region ini, timbullah wilayah-wilayah yang sangat unik.

    Misalnya masyarakat Batak dan Deli sama-sama tinggal di Sumatra Utara, tetapi bahasa yang digunakan sehari-hari untuk berkomunikasi sangat jauh berbeda.

    Contoh lain misalnya, sebagian besar penduduk Afrika adalah ras kulit hitam (negroid), tetapi penduduk yang lebih dominan tinggal di Afrika Utara seperti Mesir, Libya, dan Aljazair adalah komunitas bangsa Arab.

    10. Konsep Persebaran Wilayah

     Konsep persebaran wilayah menjelaskan bahwa keberadaan fakta, gejala, dan fenomena geografi tersebar secara tidak merata di muka Bumi.

    Sebagai contoh, daerah tambang minyak Bumi Indonesia tersebar di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai utara Jawa, pantai timur Kalimantan, dan sekitar wilayah utara Papua, sedangkan cebakan (galian barang tambang) timah putih tersebar di wilayah Pulau Bangka, Belitung, dan Singkep.

    11.  Konsep Lokasi Relatif

    Lokasi relatif menggambarkan posisi suatu tempat di muka Bumi ditinjau dari sudut pandang daerah-daerah di sekitarnya.

    Misalnya posisi relatif Indonesia adalah antara dua benua (Asia di sebelah utara dan Australia di selatan) dan dua samudra (Hindia di sebelah barat dan Pasifik di sebelah timur). Contoh lain adalah Pulau Kalimantan

    12.  Konsep Transformasi Bentuk Bumi yang Bulat ke dalam Bidang Datar

    Konsep ini sangat berhubungan dengan peta. Pada dasarnya, peta merupakan hasil upaya manusia dalam mentransformasikan bentuk Bumi bulat dengan semua fenomena yang ada ke dalam bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan.

    Untuk dapat mentransformasi bidang lengkung ke bidang datar diperlukan sistem proyeksi. Dalam kartografi (ilmu perpetaan), dikenal tiga bidang proyeksi peta, yaitu silinder, kerucut, dan azimutal.

    13.  Konsep Eksploitasi dan Optimalisasi Sumber Daya dibatasi oleh Perkembangan Budaya

    Konsep ini memberikan gambaran mengenai tingkat optimalisasi pengolahan dan pemanfaatan sumber daya yang berbeda pada setiap wilayah.

    Perbedaan ini sangat bergantung pada adat istiadat, budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki penduduk setempat. Setiap tempat mengembangkan metode berbeda yang sesuai dengan kondisi daerahnya untuk mengeksploitasi sumber daya alam.

    14.  Konsep Keuntungan Secara Komparatif

    Konsep keuntungan secara komparatif adalah membandingkan berbagai wilayah di muka Bumi dengan komponen-komponennya baik unsur alamiah maupun sosial.

    Melalui konsep tersebut dapat diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing wilayah. Dengan demikian kita dapat menentukan kebijakan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah.

    15.  Konsep Transformasi Berkesinambungan

    Konsep transformasi berkesinambungan menjelaskan bahwa unsur-unsur geografi pada suatu wilayah senantiasa berkembang dan mengalami proses transformasi secara terus menerus dan berkesinambungan sejalan dengan dimensi ruang dan waktu dalam kehidupan.